Isu Resesi Global Mengemuka dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022
Strategi mengantisipasi kemungkinan resesi global tahun 2023 menjadi tajuk pembahasan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022 di Gedung Bank Indonesia Bandung, Rabu, 30 November 2022.
Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami, sejumlah kepala daerah, pelaku industri, dan kalangan dunia usaha menghadiri pertemuan tersebut.. Pertemuan yang dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo ini mengambil tema Sinergi dan Inovasi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Menuju Indonesia Maju.
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia merupakan agenda rutin tahunan Bank Indonesia sejak tahun 1969 yang memfokuskan pada penyampaian pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian nasional.
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan kepada para peserta pertemuan terkait kebijakan atau policy yang harus dikeluarkan untuk mengantisipasi ancaman resesi global tahun mendatang.
“ Permasalahan ekonomi merupakan hal kompleks dan complicated. Sulit diprediksi, bahkan setiap negara mendapatkan kesulitan untuk merancang dan menentukan kondisi perekonomian tahun depan,” kata presiden.
Sikap terbaik yang harus dilakukan dalam mengantisipasi resesi global tahun depan yaitu melalui penerbitan kebijakan atau aturan yang mudah direalisasikan.
“ Nilai ekspor Indonesia ke negara-negara lain pada tahun 2021 dan 2022 ini telah mencapai kisaran angka Rp. 900-1.000 Triliun. Artinya, eksport kita ke negara-negara lain sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk tahun depan kita harus lebih berhati-hati,” ungkap Presiden Joko Widodo.
Sikap hati-hati tersebut harus dimiliki oleh bangsa ini mengingat resesi global tahun mendatang disebabkan oleh faktor determinan yang mempengaruhi proses pengiriman barang ke luar negeri.
“ Kasus-kasus yang terjadi di dunia saat ini seperti perang antara Ukraina dan Rusia serta masalah yang sedang dihadapi oleh Tiongkok dapat menjadi penyebab penurunan ekspor ke negara-negara tersebut. Untuk tahun 2023 mendatang, kita sudah mencanangkan nilai ekspor mencapai Rp 1.400 triliun. Kita harus berhati-hati dengan kondisi global yang tidak menentu ini,” lanjut Presiden Joko Widodo.
Investasi di Daerah
Imbas kemungkinan resesi global terhadap investasi memang tidak terlalu besar. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak dapat disangkal. Setelah pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi secara perlahan mulai membaik, hal ini diakibatkan oleh aktivitas perekonomian masyarakat dalam hal konsumsi tetap berjalan.
Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami memberikan pandangan, pertumbuhan ekonomi daerah akan tetap terjaga, kendati hanya menyentuh satu digit saja. Upaya paling baik yang harus dilakukan dalam menghadapi kemungkinan resesi global yaitu menjaga kepercayaan investasi di daerah.
“ Investasi di daerah di tahun mendatang menjadi salah satu upaya menjaga pertumbuhan perekonomian. Untuk masyarakat sendiri harus mulai melakukan perubahan dari konsumsi ke produksi,” ujar Wakil Wali Kota Sukabumi.
Pasokan pangan dan sumber energi menjadi hal krusial saat dunia menghadapi krisis global. Bagi Andri Setiawan Hamami, kendati resesi global belum benar-benar dirasakan, paling tidak harus disikapi secara tepat. Terlebih perekonomian akan mengalami kontraksi kembali seperti dua tahun lalu.
“ Bercermin pada masa pandemi, selama dua tahun, kendati terjadi kontraksi perekonomian, namun kita melihat, masyarakat pelaku usaha dengan bidang-bidang usahanya dapat pulih kembali. Resesi global belum terjadi, namun kita harus tetap mengantisipasinya,” kata Andri Setiawan Hamami.
Selama dua tahun, dari 2020 lalu, perekonomian tetap memperlihatkan perbaikan meskipun di beberapa sektor menghadapi tantangan.
“ Syarat penting untuk mempertahankan perekonomian di masa pemulihan adalah dengan tetap menjaga optimisme. Sesuai dengan tema pertemuan Bank Indonesia tahun 2022 ini, Sinergi dan Inovasi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Menuju Indonesia Maju, “ pungkas Wakil Wali Kota Sukabumi.