Pengusaha Muda dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan



H. Andri Setiawan Hamami dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal 25 Maret 1966. Pendidikan formal yang beliau tempuh antara lain, SDN Baros, SMP Negeri 2 Kota Sukabumi, SMA Negeri 1 Kota Sukabumi

Setelah menamatkan Pendidikan di Kota Sukabumi kemudian melanjutkan Pendidikan di Universitas Parahyangan Bandung mengambil jurusan Hukum. Gelar pascasarjana beliau raih di Universitar Padjadjaran (UNPAD) Bandung pada program pascasarjana Magister Hukum Bisnis. H. Andri Setiawan Hamami saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Sukabumi Periode 2018-2023. Perjalanan politik dilalui sejak ayahanda beliau, H. Hamami Drajat memegang jabatan strategis di Golkar. Jabatan politis yang diemban oleh H. Andri Setiawan Hamami saat ini adalah Wakil Ketua Partai Demokrat Kota Sukabumi.

Sebelum menjabat Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri Setiawan Hamami merupakan salah seorang pengusaha muda di Kota Sukabumi. Jabatan Direktur Utama beliau emban di beberapa perusahan baik milik pribadi juga keluarga. Genetika dalam berwirausaha mengalir dalam diri beliau, diwariskan langsung dari kakeknya, H. Oting Afghani (alm).

Dari kakeknya, semangat untuk berwirausaha itu telah diwariskan. H. Oting telah berkiprah sebagai seorang wirausahawan sejak negara ini belum merdeka. H. Oting mengerti betul terhadap kebijakan-kebijakan Belanda yang sangat condong terhadap pengusaha kelas I dan kelas II. Berbekal pengalaman usaha ketika tinggal di Garut dan hasil pendidikan dari orangtuanya, antara tahun 1920-1945, ia membuka usaha perdagangan bersama istrinya, Hj. Sofiah. Di Sukabumi, bersama para pedagang pribumi, H. Oting membuka pabrik tahu dan kios samping karet. Tidak jarang, setiap satu tahun sekali, keluarga H. Oting menyisihkan keuntungan dari usaha perdagangan itu untuk membantu rakyat Sukabumi.

Sebagai wujud kecintaan kepada tanah air dan empati terhadap penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia apalagi menimpa secara langsung rakyat yang ada dan hidup di sekelilingnya, H. Oting meskipun telah terjun ke dunia usaha, ia memutuskan untuk mengabdikan diri kepada tanah air dengan menjadi seorang tentara.

H. Oting merupakan salah seorang pribumi yang telah terbiasa melihat pengalaman pahit rakyat pribumi di bawah kekuasaan kolonial Belanda, dari Garut ke Sukabumi sepanjang jalan yang ia lihat adalah buruh-buruh kasar perkebunan. Pemerintah Hindia Belanda memang memberikan pelayanan konsumsi kepada para buruh kasar itu, tetapi pada saat yang bersamaan tidak mengehendaki ada pribumi yang dapat melebihi superioritas mereka.

Pada masa pendudukan Jepang, H. Oting ikut berperan serta dalam Tentara Sukarela Pembela Tanah Air pada tahun 1943. Menjadi bagian dari Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA dilakukan oleh H. Oting bersama para sukarelawan lainnya karena Jepang telah mempropagandakan diri mereka sebagai kawan se-Asia dan negara yang telah mengalahkan sekutu dan negara-negara penjajah seperti Belanda.

Jepang mengeluarkan kebijakan mendirikan pemerintahan militer, atas prakarsa dari para ulama dan tokoh Islam, tentara yang dibentuk oleh pemerintahan militer Jepang itu bukan bersifat wajib militer, melainkan sukarela saja.

Pemuda dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan

Tiga tahun lalu, untuk mengokohkan jiwa kebangsaan para pemuda dan generasi muda di Kota Sukabumi telah diselenggarakan acara dengan tema kebangsaan di Gedung Juang’45 atas prakarsa elemen-elemen yang ada di Kota Sukabumi terutama Kodim 0607 dan IMWI .

H. Andri Setiawan Hamami diundang sebagai salah seorang pemateri dalam acara tersebut. Beliau diberi kesempatan untuk memaparkan upaya penanggulangan radikalisme melalui perekonomian rakyat. Saya pikir, materi ini memang cocok disampaikan oleh seseorang yang memang berkecimpung langsung di dalam dunia usaha seperti H. Andri Hamami.

Sangat rasional acara tersebut mengambil sub-tema upaya pencegahan radikalisme, dan lebih membumi lagi bahwa pencegahan radikalisme tidak sekadar dilakukan melalui sosialisasi hingga infiltrasi paham kebangsaan kepada generasi muda saja, juga harus diimbangi oleh upaya-upaya nyata pengenalan secara dini akar masalah munculnya radikalisme.

Dalam paparan tentang konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan -selama satu jam- H. Andri Hamami memulainya dengan sebuah pernyataan yang sering dikutip oleh siapapun yang konsern terhadap kondisi bangsa: kemiskinan dapat mengakibatkan seseorang terjatuh ke dalam kekufuran.

Kekufuran jika ditafsirkan secara kontekstual –tidak bermaksud mengesampingkan landasan teologis- yaitu jika seseorang telah mengambil paham atau ajaran lain yang tidak sesuai dengan keperibadian bangsa dan nilai-nilai Pancasila yang berketuhanan.

Kekufuran ini akan semakin besar dan tumbuh di daerah-daerah yang kurang memiliki sumberdaya baik alam maupun manusia. Radikalisme dan ideologi kekerasan muncul dari kelompok-kelompok yang merasa dirinya bukan bagian dari bangsa ini (out of group). Dengan sangat mudah, apalagi generasi muda, dapat terbujuk –seolah melakukan perbaikan dan memperbaiki kondisi suatu bangsa– walakin melalui cara-cara kekerasan, suatu cara yang bertolak-belakang dengan nilai kemanusiaan.

Tetapi, di suatu negara atau daerah yang telah mapan perekonomiannya, paham-paham radikalisme yang mengancam eksistensi suatu bangsa sangat minim sekali. Meskipun, kekerasan itu sendiri sebetulnya tidak dapat dihilangkan, sebab secara faktual, di negara manapun akan selalu lahir kesenjangan antara orang yang telah mapan dan orang-orang yang belum mapan.

Membangkitkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan bukan pekerjaan mudah, sebab persoalan ini akan selalu berbanding lurus dengan etos kerja generasi muda itu sendiri. Sampai sekarang, etos kerja bangsa kita sendiri masih belum maksimal jika dibandingkan dengan negara-negara yang telah maju.

H. Andri Hamami telah memulai langkah strategis dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat Sukabumi, dengan sangat telaten dan terus-menerus mewacanakan hingga merealisasikan pentingnya setiap desa dan kelurahan memiliki sebuah badan usaha yang berbadan hukum seperti BUMDes yang telah berdiri di desa-desa.

Desentraliasi memiliki arti setiap warga negara dapat berperan aktif dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini, terutama dalam upaya peningkatan perekonomian. Badan atau lembaga usaha yang telah dibangun oleh H. Andri Hamami bersama para Relawan KAMI yang memiliki sistem hampir sama dengan BUMDes yaitu Warung Kami.

Harapan yang selalu ada dalam diri H. Andri Hamami sebagai salah seorang pengusaha muda adalah lahirnya kaum entrepreuneur baru di Kota Sukabumi. Dengan tanpa menyederhanakan persoalan dan permasalahan yang ada, Indeks Pembangunan Manusia di Kota Sukabumi dapat meningkat melalui pengembangan di sektor perekonomian.

Ekonomi Kerakyatan di Masa Pandemi

Bukan hanya kesehatan yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Bidang-bidang kehidupan lainnya seperti ekonomi juga merasakan dampak langsung pandemi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kwartal IV tahun 2020 berada pada titik minus. Ekonomi mikro benar-benar terpukul bahkan terpuruk oleh pandemi global.

Pemerintah dari pusat hingga daerah telah melakukan langkah terbaik dengan sasarana penguatan ekonomi dengan memberikan dana stimulan dan bantuan kepada para pelaku usaha. Bantuan keuangan yang sedianya diberikan kepada pelaku UMKM dapat dikatakan telah mendorong perputaran roda perekonomian. Namun, ketidaktepatan sasaran bantuan menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk membenahi program ini, mulai dari hulu hingga hilir.

Pengumpulan data pelaku UMKM di setiap daerah, termasuk Sukabumi masih perlu pembenahan. Hal tersebut dimaksudkan agar program bantuan benar-benar menyisir para pelaku usaha kecil dan menengah. Identifikasi hingga pengumpulan data pelaku UMKM jika dibiarkan begitu saja tanpa proses verifikasi faktual, meskipun masyarakat telah mendapatkan Surat Keterangan Usaha dari kelurahan, tetap tidak akan dapat mengatasi ketepatan sasaran setiap program.

Refocusing anggaran atau pemusatan program oleh pemerintah di tahun 2021 terhadap pemulihan perekonomian merupakan kebijakan tepat di masa pandemi di samping tetap melakukan upaya penanganan pandemi di bidang kesehatan. Diperlukan ketahanan perekonomian di masyarakat dengan membangkitkan kembali semangat perekonomian kerakyatan sebagai jati diri ekonomi bangsa.

Gagasan kebangkitan perekonomian kerakyatan ini selalu dibicarakan oleh H. Andri Setiawan Hamami di setiap kesempatan. Sembilan tahun lalu, H. Andri Hamami memberikan materi kewirausahaan di Kampus STIE Kota Sukabumi, lima tahun lalu mengaplikasikan gagasan perekonomian bagi mahasiswa di Kampus IMWI. H. Andri Setiawan Hamami tidak memberikan ujian tertulis kepada para mahiswa sebagai tugas akhir, melainkan mendorong agar mahasiswa membuat kelompok dan membuka lapangan usaha, misalnya di bidang usaha kuliner.

Hal di atas sebetulnya strategi-strategi yang telah dilakukan oleh negara-negara lain. Israel saja, dalam menentukan kelulusan seorang sarjana tidak hanya berdasarkan penyelesaian tugas akhir , melakukan penelitian, dan diuji dalam sidang skripsi-tesis-disertasi, kecuali memberikan tugas kepada seorang mahasiswa untuk membuka usaha baru dan setiap mahasiswa diharuskan mengambil keuntungan dari usahanya itu. Jika telah terpenuhi, mahasiswa tersebut telah dapat disebut lulus.

Dimuat di watyutink.com
Kang Warsa
Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Informasi Lainnya

Tak ada informasi apa pun di sini.
Berlangganan