MTQ Ke-39 Tingkat Kota Sukabumi

Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Ke-39 Tingkat Kota Sukabumi yang diselenggarakan selama 3 (tiga) hari berturut-turut dari tanggal 4-6 Desember 2018 di Kecamatan Gunungpuyuh dibuka oleh Kang Andri.

Selaku Wakil Wali Kota Sukabumi, dalam sambutannya ditegaskan Kegiatan MTQ di Kota Sukabumi ini untuk meningkatkan kualitas keislaman warga Kota Sukabumi. Hal terpenting dari kegiatan ini yaitu, Syiar Islam benar-benar lebih tampil dengan kualitas yang lebih baik.

Berikut pemberitaan yang dikutip dari  media terkait pelaksanaan MTQ ke-39 tingkat Kota Sukabumi

Warta Sukabumi





Pondok Pesantren dan Pendidikan Islam Hayatan Thoyyibah ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan MTQ ke-39.





Literasi Menulis Makalah Ilmiah al-Qur'an




Tulisan ini dapat dikatakan sebagai sebuah kolase yang disarikan dari sekumpulan makalah ilmiah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Kota Sukabumi Tahun 2018. Sebagai salah satu Dewan Juri dalam Lomba Menulis Makalah Ilmiah al-Qur’an, saya merasa kagum terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh Sembilan orang perserta karena dapat menyajikan tulisan berupa karya ilmiah sesuai harapan Dewan Juri. Dapat dikatakan, para peserta dari setiap kecamatan merupakan utusan terbaik hasil dari seleksi MMIQ tingkat kecamatan beberapa minggu lalu.

Secara keseluruhan, para peserta MMIQ Pelajar dapat mengelaborasi secara baik sebuah tema yang ditentukan oleh panitia MTQ yaitu Konsepsi Al-Qur’an Tentang Revolusi Mental. Kondisi ini merupakan prestasi bagus yang telah diraih oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) di tiap kecamatan di Kota Sukabumi. Bahkan, melalui karya ilmiah dari peserta ini menyiratkan lahirnya cara baru generasi milenial dalam memberi penafsiran komprehensif dan memiliki spektrum persepsi (dari berbagai sudut pandang) yang lebih segar.

Dengan tidak berlebihan baik memuji penyajian makalah atau muatan yang dikandungnya, menurut hemat penulis, ikhtiar yang telah dilakukan oleh para peserta MMIQ merupakan upaya agar al-Qur’an dapat dipahami oleh bahasa kaumnya. Tujuannya agar pesan-pesan dalam al-Quran dapat dimengerti dengan jelas. Sudah tentu hal ini merupakan pengimplementasian dari nilai-nilai al-Qur’an tentang: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (dari tiada menjadi ada, dari gelap menjadi terang, dari samar menjadi jelas).

Revolusi Mental dalam Pendidikan 
Dengan Perspektif al-Qur’an

Dalam makalah ilmiah dengan judul di atas, Abdul Aziz salah seorang peserta MMIQ dari Kecamatan Cibeureum memberikan pandangan revolusi mental menganjurkan kita untuk selalu melakukan pembaharuan dengan konsep Al-Qur’an. Diawali dari diri pribadi, masyarakat dan Bangsa, dalam melakukan perubahan untuk kemaslahatan umat, perubahan dibarengi dengan kekuatan spiritual, dilandasi dengan keimanan akan mendapatkan perubahan yang hakiki, dan mengantarkan kita selamat dunia akhirat. Dengan menggunakan pendidikan revolusi mental yang sesuai dengan Al-Qur’an kita dapat menjadikan Indonesia

Salah satu kunci keberhasilan Rosulullah SAW dalam pembaharuan revolusi mental yaitu dengan menjadikan diri sendiri sebagai suri tauladan (Uswatun Hasanah) dalam berbagai hal. Pesan dari Rosulullah SAW adalah semangat Ibda’ Bi Nafsika memiliki maksud agar segala sesuatu terutama perubahan diawali oleh dan dari diri sendiri. Tanpa kecuali di bidang pendidikan.

Perubahan Masyarakat Melalui Revolusi Mental 
dengan Perspektif al-Qur’an

Aril Arsiandi menyimpulkan bahwa revolusi mental merupakan sebuah gerakan yang digaungkan oleh pemerintah pada dasarnya adalah merupakan gerakan perubahan sikap masyarakat supaya menjadi masyarakat baru yang berdaya saing tinggi dan bermental baja. Perubahan sikap masyarakat tersebut nyatanya sudah banyak dituangkan dalam Al – Qur’an yang merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dengan berbagai istilah nya seperti Ummatan Wahidah, Ummatan Wasathan, dan Ummatan Muqtasidah serta mungkin ada banyak yang lainnya. Hal ini juga menunjukan bahwa Al – Qur’an benar-benar merupakan pedoman dalam bertingkah laku.

Sikap Derma Ditinjau 
dari Moralitas dan al-Qur’an

Salah seorang perserta dari Kecamatan Gunungpuyuh menampilkan gagasan yang lebih khusus dalam makalahnya. Eneng Resti Yuliani menjabarkan sikap derma dan menyantuni merupakan ciri utama individu yang telah mencapai moral tertinggi baik ditinjau dari persepektif moralitas atau al-Qur’an. Sikap derma merupakan salah satu ajaran tertinggi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan ayat-ayat pertama (periode Mekah) selalu memosikan sikap derma sebagai landasan atau basis nilai dalam kehidupan masyarakat. Orang kikir yang enggan mendermakan sebagian hartanya disetarakan posisinya dengan prilaku Saa-huun, sikap lalai dalam pengabdian kepada Allah SWT. Artinya, menihilkan kasih sayang kepada manusia sama artinya dengan menghilangkan pengabdian kita kepada Tuhan.

Makalah ilmiah ini jika dibaca secara utuh seakan membawa kita ke masa sejarah dalam fase dakwah Rosulullah di Mekah. Sebuah tahap masa kenabian di mana Rosulullah SAW secara peribadi harus bersentuhan dan membela kaum tertindas, para budak belian, hamba sahaya, yatim piatu, dan kelompok minoritas yang teralienasi dirinya dari kehidupan kosmopolitan Mekah yang partiarkis-klanis.

Revolusi Mental 
Meminimalisir Dekadensi Moral

Apa yang disebutkan oleh Fadhlan Ridwanullah dan Siti Rukoyah dalam makalahnya seperti di atas merupakan hal yang tidak salah. Generasi muda selaku orang yang akan melanjutkan estafet kepemudaan bangsa harus dipersiapkan dengan matang lewat ilmu pengetahuan dan keimanan yang kuat. Cara ampuh untuk mengobati dekadensi (kemerosotan) moral dan mental yaitu dengan memahami dan menjalankan pola pikir revolusi mental menurut perspektif al-Qur’an. Hal tersebut dilalui melalui tahapan antara lain; membaca, bertilawah, dan mentadaburi serta mengamalkan pesan-pesan subsantif al-Qur’an.

Relevansi Revolusi Metal 
dan Pendidikan Karakter dalam Perspektif al-Quran

Revolusi mental seperti yang dikemukakan oleh Presiden Jokowi  merupakan suatu proses pendidikan. Proses pendidikan, yaitu pembentukan dan pengembangan karakter. Pembentukan dan pengembangan karakter sebagai suatu proses pendidikan tidak terlepas dari sistem pendidikan nasional yang berlaku. Hal ini karena pendidikan nasional menjadi rujukan untuk mengukur relevansi pendidikan karakter tersebut. Di samping itu, pendidikan karakter tidak hanya berlaku demi pendidikan itu sendiri, melainkan juga untuk mepersiapkan individu dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kehidupan dirinya dan keberlangsung bangsanya. Karakter merupakan kesatuan antara pola pikir (logos), nurani (ethos), dan sikap (patos). Karakter merupakan ciri khas yang unik yang melekat pada seseorang atau kelompok yang mengandung nilai, kemampuan, moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Alinea ini merupakan sebuah kesimpulan dari makalah yang ditulis oleh Mira Rahmawati peserta MMIQ dari Kecamatan Citamiang.

Kang Warsa

Informasi Lainnya

Tak ada informasi apa pun di sini.
Berlangganan