Kisah-kisah Keluarga Hamami (Bagian 6)

Pada bagian ini diceritakan nasihat-nasihat yang disampaikan oleh H. Oting kepada keluarga, baik anak maupun cucu beliau. -Kang Warsa-

Nasihat H. Oting  Kepada H. Andri Setiawan Hamami

MESKIPUN berasal dari lingkungan keluarga pengusaha di Sukabumi, namun hal itu tidak lantas menjadikan seorang Andri Hamami muda dengan mudah dapat menduduki kursi empuk di perusahaan keluarganya. H. Oting  telah mengajarkan kepada Andri  Hamami muda tentang arti penting perjuangan dan kerja keras dalam kehidupan.
Sejak kecil, kakak beradik, Marwan dan Andri tidak dibiasakan mendapatkan sesuatu dengan mudah baik oleh kakeknya, H.  Oting, juga oleh ayahnya H. Hamami Drajat. Tempaan dari sang kakek yang berlatar belakang sebagai seorang pejuang di Sukabumi kepada Andri Hamami muda adalah pesan-pesan kehidupan tentang pentingnya  ikhtiar dalam hidup, tidak berpangku tangan, tidak sekadar menikmati apa yang telah diraih oleh kakek dan bapaknya.
H. Oting  menanamkan sikap disiplin yang tegas, sama halnya dengan pandangan bahwa kondisi nikmatnya alam kemerdekaan tidak dihasilkan oleh orang-orang yang berpangku tangan, melainkan oleh mereka yang telah berjuang keras, siap berjibaku melawan arus, dan tidak menunggu pemberian dari orang lain.
Menurut cerita yang disampaikan oleh H. Andri Hamami sendiri kepada penulis, sikap tegas kakeknya sebagai seorang pejuang itu telah menjadi motor penggerak  bagi  dirinya untuk bejiwa besar, bahwa segala sesuatu tidak serta-merta mudah diraih dengan cara meminta kepada kakek dan orangtua yang telah meraih kesuksesan.
Saat duduk di bangku SMA, Andri Hamami muda pernah berpikir, sekadar untuk mendapatkan sepeda motor untuk digunakan sebagai kendaraan pulang-pergi ke sekolah cukup dengan meminta kepada kakek atau bapaknya. Dugaan itu terbantahkan oleh ucapan yang keluar dari kakek dan bapaknya sendiri: Jangan seenaknya meminta sesuatu  tanpa mau berusaha, menabung, simpan uang jajan kamu untuk membeli apa saja yang kamu inginkan.
H. Oting  tidak pernah memberikan sikap manja berlebihan kepada Andri Hamami muda atau kepada kakanya, Marwan Hamami. Saat usaha yang dijalankan oleh bapaknya  meraih kesuksesan, tidak serta-merta apa yang dimiliki oleh keluarga diberikan kepada tiga orang bersaudara -  Marwan, Andri, dan Yanti – begitu saja.
Pada tahun 1993, Andri Hamami muda meminta kepada kakeknya, agar SPBU Ottista (sekarang SPBU Jl. RH. Didi Sukardi waktu itu masih merupakan garasi truck-tanki pengangkut minyak tanah) diberikan dan dikelola olehnya. Namun, di luar dugaan, H. Oting membalas permintaan itu dengan sebuah senyuman dan berkata: “ Gunakan uang tabunganmu selama kamu bekerja dan kamu dapat mendirikan SPBU di tempat ini”.
SPBU Ottista tersebut pada akhirnya dibangun dan dikelola oleh Andri Hamami muda bukan hasil pemberian dari orangtua atau kakeknya nya meskipun hal itu dapat saja dilakukan. 
Sebagai seorang pengusaha muda baru, tentu saja Andri Hamami masih meraba-raba dan harus tetap mendapatkan bimbingan baik dari kakek ataupun bapaknya dalam mengelola perusahaan. Setiap pengusaha, siapapun dia, tentu memiliki sikap optimis agar perusahaan yang dipimpinnya terus berkembang, medapatkan keuntungan, dan tetap bertahan di tengah persaingan usaha yang semakin sengit dan kompleks.
“ Bagaimana caranya, agar perusahaan yang saya kelola sekarang ini terus berkembang?” kalimat itu yang ditanyakan oleh Andri Hamami muda kepada kakeknya. Tentu saja, jawaban yang diinginkan oleh seorang pengusaha muda adalah: keuntungan dari perusahaan harus terus dikembangkan, keuntungan harus dijadikan kembali modal untuk membuka jenis usaha baru. Tapi, bukan jawaban seperti itu yang keluar dari kakeknya.
Andri Hamami dinasihati oleh H. Oting bahwa berkembangnya sebuah perusahaan disebabkan oleh keberkahan dari usaha yang sedang dijalani, bukan hanya ditentukan oleh keuntungan yang besar berupa uang saja. Untuk hal itu, jika perusahaan (SPBU) ingin terus berkembang, kakeknya menyarankan agar keuntungan perusahaan diinfakkan untuk membiayai pembangunan Mesjid Ibadurrahman, Babakan Caringin. Amanat itu dijalankan oleh Andri Hamami, dari tahun 1994-1995, selama dua tahun berturut-turut, keuntungan perusahaan disisihkan untuk membantu pembangunan Mesjid Ibadurrahman.

Nasihat dan dorongan dari H. Oting tersebut telah menjadi pemicu bagi Andri Hamami untuk terus melakukan hal yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Diakui olehnya: perkembangan perusahaan yang signifikan selama ini, tidak terlepas dari apa yang beliau lakukan selalu mengikuti nasihat dari H. Oting. Keberkahan inilah yang menjadikan Andri Hamami –saat ini- tampil sebagai seorang  pengusaha muda sukses di Sukabumi.

Informasi Lainnya

Berlangganan